Acehglobal.com – Banda Aceh. Bakal Calon (Balon) Gubernur Aceh H Muhammad Nazar meminta masyarakat untuk tidak memilih para pemimpin calon-calon Gubernur kedepan yang berotak Marginal.
Jika kita Ingin Keluar dari Penderitaan dan Kemarjinalan maka, jangan memilih calon Pemimpin yang “Berotak Marjinal”, tegas Muhammad Nazar dihadapan para Kader PII di Banda Aceh Minggu (2/6/2024).
Wakil Gubernur Aceh periode 2007-2012 H Muhammad Nazar mengharapkan agar organisasi seperti PII dan kader-kadernya harus ikut serta mencerdaskan masyarakat termasuk di Aceh.
Agar setiap warga mampu memanfaatkan setiap proses demokrasi seperti pemilu hingga Pilkada dengan memilih para calon pemimpin dan wakil rakyat yang mampu atau layak, berpengalaman, bermoral, pro- rakyat dan pembangunan.
Permintaan juga pesan yang disampaikan sang tokoh serta pemimpin perjuangan gerakan sipil dan referendum Aceh itu di hadapan para peserta Leadership Andvance Training (LAT) yang digelar PB PII dan PII Aceh di Banda Aceh.
Muhammad Nazar yang merupakan anggota dari keluarga besar PII secara turun temurun dan sering diundang sebagai narasumber, pemateri dan trainer dalam berbagai forum ilmiah, termasuk PII dan lain-lain baik di Aceh maupun tingkat nasional.
“Jika suatu masyarakat, daerah, bangsa dan negara ingin keluar dari keadaan marjinal, kemiskinan, pengangguran, keterbatasan sumber daya manusia dan kerusakan perilaku elit hingga rakyat maka, siapapun tidak boleh lagi memilih para calon pemimpin atau calon wakil rakyat yang berotak kecil, sempit dan marjinal,” terang Nazar.
Bahkan, secara agama pun menjelaskan, jika masih ada imam shalat yang fasih bacaannya, paham arti dan makna yang ia baca, khusyu’ memimpin shalat, baik akhlaknya tidak boleh memaksakan yang jauh kurang fasih bacaannya, kata Nazar
“Sama juga halnya dalam konteks politik demokrasi dan Pilkada, kalau masih ada yang layak, berpengalaman, teruji, berilmu, berakhlak, memahami Pemerintahan dan pembangunan hingga akar persoalan serta solusi maka, haram memaksakan diri memilih yang tidak mampu, tidak layak, tidak berilmu dan tidak memenuhi syarat”, jelas tokoh pendiri dan pemimpin SIRA itu.
Ini perlu kita ingatkan, Muhammad Nazar yang merupakan aktivis yang keluar masuk penjara masa konflik Aceh itu, agar Aceh tidak makin terpuruk secara ekonomi, politik dan demokrasi, katanya.
Nazar meminta agar, generasi muda untuk terus menempa diri dengan banyak belajar, agar estafet kepemimpinan Aceh dan nasional ke depan dapat dilanjutkan dengan baik, bahkan harus lebih baik dari apa yang pernah ada.
Muhammad Nazar juga menyampaikan sejarah kepemimpinan di Aceh yang berhasil secara gemilang pada masa Sultan Iskandar Ali Muhayatsyah, Sultan Alauddin Riayatsyah al Qahhar dan Iskandar Muda.
Sejarah dipelajari dan dipahami, bukan untuk dibangga-banggakan, tapi juga untuk diteladani dan diaplikasikan dalam tindakan nyata masa kini untuk mencapai kegemilangan masa depan.
Karena sejarah yang sebenarnya itu adalah masa depan, tetapi ia dapat diukir hanya dengan ideologi yang benar, ilmu pengetahuan, talenta, akhlak, keberanian, konsistensi dan jaringan kerjasama yang kuat, kata Nazar. (**)