Acehglobal.com – Banda Aceh.
Sekitar seribuan para Tenaga Kesehatan (Nakes) RSUDZA Banda Aceh menggelar aksi unjuk rasa menuntut agar jasa layanan mereka di bayar dengan layak tanpa ada pemotongan, dimana para nakes yang bekerja 24 jam tapi upahnya di potong.
Pemotongannya juga tidak tanggung-tanggung mencapai 50 persen, padahal para nakes ini kerja 24 jam tapi, jasa pelayanan kami di potong dan tidak layak, kata salah seorang nakes usai aksi unjuk rasa di RSUZA Kamis (18/9/2025).
Mereka memprotes pemotongan tunjangan jasa medis secara pihak oleh manajemen RSUZA yang sudah berjalan sejak lama. Para pengunjuk rasa menuntut sebuah keadilan, karena hak mereka selama ini diabaikan.
“Stop Eksploitasi kami, jangan potong lagi Remunerasi kami, RSUZA bukan milik segelintir penguasa”, tegas para Nakes melalui tulisannya di sejumlah poster.
Para pengunjuk rasa mengecam atas tindakan manajemen RSUZA yang dinilai telah menzalimi kerja mereka,“ sudahi penzaliman ini, Ingat Tuhan tidak pernah tidur, Jadi pemimpin harus adil, jangan hanya peduli profesi sendiri,” begitu salah satu bunyi poster mereka.
Jika tuntutan ini tidak terealisasi maka mereka menuntut agar Gubernur Aceh mencopot para direksi RSUZA Banda Aceh bila tidak mampu berbuat perubahan.

“Kami menuntut keadilan adanya kenaikan jasa pelayanan perawat, Bidan dan Tenaga Kesehatan lainnya serta administrasi”.
Para pengunjuk rasa juga mengancam akan menutup pelayanan poli jika tuntutan ini tidak direalisasi.
Sementara Plh Direktur RSUZA Banda Aceh dr Arifatul Khorida usai aksi unjuk rasa kepada wartawan menjelaskan bahwa, jasa mereka selalu dibayar, cuma ada berubah-berubah.
Saat dikomfirmasi ulang melalui pesan singkat whatsApp Kamis (18/9/2025) sekira pukul 13.40 WIB terkait tuntutan keadilan dan supaya tidak lagi ada pemotongan terhadap tunjangan mereka, namun belum merespon.
Diketahui bahwa, pendamping Plh Direktur RSUZA dr Arifatul Khorida mendapat teguran dari aparat keamanan yang menghentikan wartawan saat wawancara Direktur dr Arifatul Khorida, dan aksi tersebut juga diduga tidak ada koordinasi manajemen RSUZA dengan pihak keamanan, dengan alasan ini penyampaian aspirasi saja.(sya)