Acehglobal.com – Banda Aceh.
Mantan Wakil Presiden RI Ke-10 Muhammad Jusuf Kalla isi kajian Ramdhan di Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh secara meeting zoom berlangsung di Ruang Rapat Rektor Lantai 2 Gedung Rektorat UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Rabu (20/3/2024).
Selain Jusuf Kalla Kajian Ramadhan dengan tema “Mesjid Sebagai Pelopor Moderasi Beragama dan Pemberdayaan Ekonomi Umat”, juga di hadiri Ketua Dewan Mesjid Indonesia (DMI) Provinsi Aceh Tgk Fakhruddin Lahmuddin.
Diskusi yang diinisiasi oleh Pusat Kerohanian dan Moderasi Beragama (PKMB) UIN Ar-Raniry ini dibuka langsung oleh Rektor UIN Ar-Raniry Banda Aceh Prof Dr Mujiburrahman, MAg.
Prof Mujiburrahman menyatakan bahwa, fungsi Mesjid tidak terbatas sebagai tempat ibadah atau ritual keagamaan saja, namun Mesjid juga sebagai pusat pengembangan studi keislaman, khususnya dalam hal spirit moderasi beragama dan pengembangan ekonomi umat.
Mujib menilai DMI selama ini telah memainkan peran yang signifikan, khususnya dalam bidang kegiatan masjid dengan berbagai program strategis yang berkaitan dengan pengembangan ekonomi umat.
“Kami berharap, berkaitan dengan pengembangan ekonomi umat, sudah waktunya program-program lebih besar diwujudkan melalui gagasan pembentukan “Bank Masjid Indonesia”, di mana Mesjid-Mesjid kita telah mengelola miliaran rupiah uang umat yang disimpan dalam beberapa bank”.
“Bagi DMI untuk merintis pusat perbelanjaan serupa Indomaret atau Alfamart, misalnya ‘Mesjid Mart’, yang nantinya juga akan terintegrasi dengan Bank, kata Mujib.
Sementara, Ketua Dewan Mesjid Indonesia Jusuf Kalla yang hadir secara virtual memaparkan bahwa Mesjid bukan hanya sekedar tempat ibadah. Namun fungsi Mesjid meliputi sebagai tempat ibadah salat dan ibadah lainnya, tempat untuk berbagai aktivitas muamalah, fungsi tarbiyah (pendidikan), di mana pendidikan agama seharusnya dimulai dari masjid dan fungsi tijarah sebagai pusat pemberdayaan ekonomi umat.
“Masjid memiliki identitas yang berbeda dengan tempat ibadah lain, dimana Mesjid digunakan sebagai tempat ibadah bagi umat muslim dengan aliran apapun. Maka sudah seharusnya mesjid juga dengan segala kegiatannya, terbuka dan diterima oleh segala pihak, tidak ada yang bersifat khusus dari masjid”, kata Jusuf Kalla.
Jusuf Kalla menambahkan bahwa, meskipun umat Islam merupakan warga mayoritas di Indonesia, namun jumlah umat Islam yang makmur masih sangat sedikit dibandingkan dengan etnis Tionghoa Indonesia yang mendominasi ekonomi negara.
“Untuk itu saya mendorong masjid untuk memiliki kegiatan perniagaan sehingga masjid dapat berperan sebagai pembangkit ekonomi umat muslim. Di masjid kita tidak hanya berbicara tentang ibadah, akidah, akan tetapi kita juga berbicara masalah yang lebih dasar, seperti perniagaan, pertanian, perekonomian,” kat JK sapaan akrab Jusuf Kalla.
Jusuf Kalla mengajak masyarakat Aceh untuk membangun semangat moderasi beragama dari dalam masjid. “Jika ada perbedaan, itu harus kita terima sebagai perbedaan dalam penafsiran dalil. Seperti yang telah disampaikan bahwa, masjid adalah milik lintas kelompok umat, sehingga kita tidak mengenal Mesjid Aceh, Mesjid Batak, Mesjid Jawa, Mesjid Bugis, dan lainnya,” pungkasnya.
Sementara itu, Ketua DMI Aceh Tgk Fakhruddin Lamuddin menyampaikan bahwa, peran serta program kerja yang dilakukan oleh Dewan Masjid Indonesia Aceh, seperti Gerakan Safari Subuh BBC yang telah berlangsung sejak 2010 yang bertujuan mengajak kaum pria untuk salat berjamaah di masjid.
Khusus untuk pemberdayaan ekonomi umat, Tgk Fakhruddin mengajak jamaah untuk secara rutin mendukung program pembangunan rumah dhuafa dengan menyumbangkan 100 ribu per bulan.
“Meski jumlahnya tampak kecil, namun jika dikumpulkan secara kolektif, akan terkumpul dana yang besar. Kami telah membangun 9 rumah di Kawasan Banda Aceh dan Aceh Besar, dengan syarat penerima bantuan adalah jamaah tetap masjid karena ini adalah bantuan dari masjid,” ungkapnya.
Kepala PKMB UIN Ar-Raniry Banda Aceh Tgk Saifuddin A Rasyi menyampaikan bahwa, peran Mesjid dalam mempelopori semangat moderasi beragama dan pemberdayaan ekonomi umat sangatlah penting. Karena Mesjid tidak hanya hadir secara fisik, namun juga di hati masyarakat.
Peran Mesjid dalam memberdayakan ekonomi umat, Saifuddin mengatakan bahwa masjid-masjid di Aceh telah bergerak dalam meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengangkat kondisi ekonomi masyarakat.
Misalnya melalui lembaga keuangan mikro syari’ah dan koperasi mesjid. Inisiatif-inisiatif ini telah dilakukan melalui Mesjid, dan perlu kita dukung serta kita contoh semangatnya.
“Masjid sebagai pelopor moderasi beragama, adalah bagaimana jamaah dapat menghargai perbedaan yang ada di tengah masyarakat, tidak membesarkan perbedaan tetapi menguatkan persamaan dan keharmonisan yang tumbuh dalam perbedaan itu sendiri”, terangnya. (**)